RUMAH SUTERA

Jumat 30 Mei 2014, kami telah berkumpul untuk mengadakan keberamaan dengan teman-teman Pww ke Rumah Sutera, Ciapus Bogor.

Didahului dengan renungan singkat oleh Pdt.Vera, berbicara tentang relasi teman . Beliau menganalogikan suatu hubungan itu kadang-kadang seperti  gelas retak.  Gelas retak tak mudah untuk diperbaiki.  Hampir tak mungkin lagi karena tetap akan terbalut dengan sisa-sisa keretakan. Namun, manusia yang dikarunia dengan logika,akal, akan belajar bagaimana ajaran yang mementingkan hubungan dengan dinamika yang positif dan cinta.  Ada kekurangan orang yang perlu dilihat sebagai sudut lain.
Oleh karena itu untuk mengembalikan fungsi gelas retak:
1. Perlu positif thinking
2. Perlu cinta kasih
3. Perlu pengampunan

Kami berangkat dari Jakarta pukul 8.00.  Cukup lancar masuk kota Bogor pukul 9.00 Namun, ternyata untuk menemukan Ciapus itu driver menemukan kesulitan. Kami harus memutar dua kali di depan kebun raya.  Akhirnya kami baru menemukannya pertigaan untuk menembus gang yang menuju Ciapus.
Jalannya kecil dan banyak angkot.  Cukup jauh dari kota Bogor sekitar 45 menit. Kami baru tiba sekitar jam 10.10



Pertama kali, kami bertemu dengan pemilik Rumah Sutera tentang proses berdirinya Rumah sutera.
Selesai prolog atau pembukaan, kami diizinkan untuk mengudap makanan kecil yang disediakan.

Selesai dari makan kecil, kami diajak oleh petugasnya melihat perkebunan murbai .  Daun-daun murbai ini ditanam tanpa menggunakan semprotan dari fertilizer.  Sehingga terlihatlah daun-daun murbai itu banyak yang dimakan oleh serangga, ulat dan kurang baik.  Tetapi karena fungsi daun ini digunakan untuk makan ulat-ulat itu maka daun itu nampanyak kurang terpelihara dengan baik.

Dari daun murbai, kami dibawa ke suatu tempat dimana ada kotak besar yang berisi daun murbai di dalamnya terdapat banyak ulat-ulat putih , bakal  "kklon".   Pemberian makan ulat ini selama 20-25 hari. Pada saat ulat itu berumur 25 hari, dia akan kenyang makan dan bermetaformosa masuk seperti gulungan di dalam suatu kotak yang sengaja dibuat seperti  tempat .

Setelah dia menjadi suatu "kokon" berwarna kecoklatan,  diambillah dan dididihkan ke dalam air panas.  Kokon itu berubah menjadi suatu  kokok keputihan.   Lalu kokok keputihan itu ditempelkan di suatu tempat kecil dan keluar lah benang-benang yang sangat tipis. Benang itu menjulur ke atas dan dipintal dengan suatu mesin.
Akhirnya satu pintalan dibuatkan suatu gulungan untuk selanjutnya dipintal menjadi suatu kain.
Proses panjang dan rumit dari pemintalan suatu kain karena tidak mudah untuk melakukannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Share
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...